Milenial Panutan Nusa Tenggara Timur

Mileneial Panuatan NTT

              Pasukan Pawai Budaya NTT

Well…

Karena hari ini aing lagi mumet buat ngerjain berbagai tugas, aing pikir ada baiknya juga kalau sesekali curhat di medsos, wkwkwk

Kali ini ngak sekedar curhat sih, tapi pengen sekaligus memberikan apresiasi kepada beberapa orang temen yang ku pikir adalah generasi milenial yang patut dijadikan teladan. Ada banyak kisah dan perjalanan panjang tentang organisasi ini dan orang-orang yang terlibat didalamnya, tapi kali ini aing pengen sekedar berbagi tentang sebuah moment hebat yang kami lalui beberapa hari yang lalu.

Sekedar informasi bahwa cerita ini berkaitan dengan Organisasi Mahasiswa Daerah Nusa Tenggara Timur (Ormada NTT) di UGM, sebut saja Gama Cendana (GC). Kepo soal GC bisa banget stalk blog aing (hahaha, promosi).

Well, bacot ini aing mulai dari perjalanan dan ambisi kami (khususnya aing) untuk ikut berpartisipasi dalam sebuah event tahunan di UGM, yakni Festival Budaya Indonesia. Event kebudayaan ini adalah salah satu event kebudayaan yang terbesar di UGM. Dalam event ini biasanya seluruh perwakilan daerah/propinsi di Indonesia akan ikut berpartisipasi dan memperkenalkan budayanya masing-masing. Banyak unsur budaya yang biasanya ditampilkan dalam event ini dan dikemas dalam beberapa bagian, yakni stand ormada, stand kuliner , pawai budaya dan fashion show. Bagian fashion show biasanya diisi dengan berbagai penampilan putra/I daerah yang mengenakan berbagai pernak pernik dan busana khas daerah masing-masing. Bagian stand kuliner biasanya diisi dengan aneka makanan khas daerah masing-masing. Pawai budaya biasanya diisi dengan gaya berjalan keliling bulaksumur sembari memperkenalkan daerahnya masing-masing melalui tarian, lagu daerah, alat musik, pakain adat dan lain sebagainya (kemaren GC menampilkan tarian caci khas Manggarai)

Sementara itu, bagian stand ormada diisi dengan berbagai pernak pernik khas daerah masing-masing.  Dan……….. dari sinilah semua berawal.

Event ini adalah salah satu event yang biasanya dimanfaatkan oleh GC untuk menunjukan eksistensi NTT sekaligus memperkenalkan budaya NTT di Yogyakarta khususnya di UGM.

Dan jeng…jeng…. Disinilah “bencana” melanda, wkwkwk

Well, as you know that jarak NTT ke Jogja tuu seberapa jauhnya, aing bilang sih jauhhh bet. Oleh karena itu, untuk memperoleh berbagai pernak/pernik khas NTT dapat dikatakan sangaaattttt sulit. Selain itu, NTT sendiri adalah salah satu propinsi yang sangaattttt kaya akan kebudayaan. Ada ratusan jenis/motif pakaian adat di NTT, ada ratusan jenis makanan khas, ratusan jenis bahasa, ratusan jenis alat musik dan lainnnnnn sebagainya. Banyak sekali. Saking banyaknya, kami selalu bingung saat diminta menampilkan budaya NTT, bingung entah pakaian adat mana, alat musik mana, tarian mana, lagu apa, makanan khas apa, dan lalalallanya apa yang harus kami tampilkan. Untuk mendapatkannya pun sangat sulit. Sebut saja, pakaian adat yang biasanya kami tampilkan dalam acara fashion show, umumnya merupakan perpaduan antara berbagai kain tenun dari berbagai daerah di NTT (sangat sulit memperoleh satu pasang pakaian adat yang lengkap). Plisss jangan tanya mengapa, karena jalan untuk mendapatkan kain-kain tersebut tak semuda ekspektasi.

Kain-kain tenun, umumnya kami peroleh dari berbagai perca kain tenun milik mhasiswa/I NTT yang ada di Yogyakarta khususnya di UGM. Event kemarin, sebagian kain tenun yang kami gunakan, diperoleh dari hasil meminjam kain tenun milik salah satu mahasiswa Institut Seni  Indonesia (ISI) Yogyakarta. Jangan tanya bagaimana caranya kami mengenal anak ISI tersebut. Kamu akan tertawa dan guling-guling. Mahasiswa ISI itu kami kenal melalui jalan bertanya kepada berbagai teman yang memiliki kenalan mahasiswa ISI, dari teman yang satu, kami memperoleh kontak salah satu teman yang lain, kemudian dari sana kami peroleh salah satu kontak anak ISI, yang kemudian darinya kami peroleh lagi kontak anak ISI yang memiliki beberapa perlengkapan pakaian adat NTT (lu tau ajah gimana senasinya sok SK SD sama orang yang barusan lu kenal, modus biar bisa dibantu, ngakak seriusan).

Ah yaa.. berkenalan dengan mahasiswa ini adalah secerca keajaiban. Mahasiswa ISI ini kebetulan adalah salah satu anggota Nusa Tuak (silahkan cari info Nusa Tuak sendiri ya), wkwkwk sehingga, selain memiliki beberapa kain tenun, mahasiswa ISI tersebut juga memiliki beberapa perlengkapan khas NTT seperti Topi Ti’I Langga dan alat musik Sasando. Beberapa perlengkapan itu kemudian kami pinjam untuk digunakan sebagai bahan-bahan pengisi Stand Ormada GC dalam acara Festival tersebut.

Demi Tuhan, kau tak akan menyangka bagaimana proses perjalanan menjeput berbagai perlengkapan tersebut. Heuhhh, akan ku jabarkan dalam kesempatan yang lain. Ada juga beberapa perlengkapan hasil olahan kain tenun seperti tas, anting, kalung, gantungan, dan lallanya yang disponsori oleh Morisdiak (yang kepo sama Morisdiak boleh banget stalk IG nya) Jangan tanya juga gimana perjuangan pihak Morisdiak untuk membantu GC. Asli, aing cuman bisa bilang “Terima Kasih Morisdiak)

Perlengkapan Stand GC

Setelah memperoleh berbagai perlengkapan tersebut, proses selanjutnya adalah membuat berbagai pernak-pernik yang akan digunakan untuk hiasan stand. Ada miniatur rumah adat khas NTT yang dibuat oleh salah seorang mahasiswa FKH asal Sumba, jangan tanya juga bagaimana proses pembuatannya (setidaknya harus bergadang beberapa malam).

                     Rumah adat NTT

Ada juga meniatur peta NTT yang juga dibuat dalam beberapa malam (jangan tanya kenapa dibuat malam, pagi-sore kuliah cuy, malamnya begadang sampai pagi buat nyiapin Festival). Ah ya, ada juga perlengkapan pakaian adat Rote yang dikenakan oleh putri daerah. Lu bakalan ngakak, serius demi apapun. Lu liat ajah, itu pernak-pernik berwana emas yang dikenakan putri daerah dan berbagai dayangnya. Serius, itu harusnya terbuat dari kuningan khas NTT, tapi yaaaa,,, apa daya yang kami punya cuman kardus bekas. Lu tau lah, arahnya kemana. Wkwkwkk

Semalam suntuk juga dihabiskan oleh putra/I daerah untuk mempelajari kembali berbagai motif kain tenun, mepelajari berbagai budaya NTT yang selama ini belum mereka ketahui sebagai bekal menjadi putra/I CULFEST. Seharian poll digunakan untuk membuat dekorasi stand, merias putra/I daerah, dan lallalanya.

Tahun ini, Ormada GC tidak ikut berpartisipasi dalam stand kuliner. Tahun ini, GC hanya mengkitu pawai budaya, stand budaya dan fashion show putra/I daerah. Ah yaa sedikit pencitraan tahun sebelumnya GC pernah mengikuti event Festival Kuliner se’Indonesia yang diadakan di UGM (ada jagung bose, daging se’e, sayur rumpu rampe (bunga papaya), sambal lu’at dan aneka jajanan khas NTT). Duh, cukup sekian tambahan pencitaraannya yes.

Welllll………… dengan berbagai persiapan yang tak bisa aing paparkan lebih detail disini, tetiba membuat aing ingin berkata kasar mendengar cemooh para tikus liar nun jauh disana. Kok pakaian NTT, atasannya beda, bawahannya beda, kok standnya cuman disii ini, kok gitu doang dekorasinya, kok begini, begitu dan lallalalalalnya. Asli pen aing tampol dah.

Dan setelah semua curhatan diatas, aing cuman pengen bilang

“Terima kasih teman-teman pejuang Gama Cendana”

Kalian adalah pahlawan milenial yang patut dijadikan teladan. Diantara berbagai kesibukan dan urusan, diantara berbagai hecticnya kuliah, praktikum, laporan, skripsi dan llalalalanya masih sempat-sempatnya kalian luangkan waktu untuk membantu GC ikut berpartsipasi khususnya mewakili NTT di UGM. Yaa.. meskipun yang ikut pawai cuman beberapa “jiwa”, wkwkwkwk (aing ngak mau banyak bacot soal ini, dan males ngekek sedari tadi)

                         Pasukan Rote

Operrr oll,, aing pengen bilang kalian luar biasa. Berbekal sekre kos pancasila yang sempitnya minta ditampol, berbekal barang-barang bekas dan beberapa perca kain tenun, serta link kolaborasi dan pertemenan, kita berhasil membawa nama daerah kita dalam ajang nasional. Setidanya dengan begitu kita ikut berpartisipasi mengurangi pertanyaan “NTT itu Lombok bukan ? emang orang-orang NTT udah pada pake baju ? udah pada makan nasi ? NTT itu Papua bukan ? NTT itu Maluku bukan ? NTT itu…. NTT itu dan itu itu yang tak pernah ada habisnya. Kalian hebat. Mengutip bahasa salah seorang temen “Kom Luar Biasa”. Begadang beberapa malam, kesana sini minjem barang, kesana sini belanja perlengkapan, dan lalalalanya.

Kalian adalah milenial yang patut dijadikan contoh, bahwa inilah salah satu jalan pengabdian yang bisa dilakukan oleh akar rumput seperti kita. Dengan tanpa mengharapkan balasan apapun, meminjam perkataan mentor ku “mungkin beginilah cara kami merayuNya untuk melancarkan berbagai urusan kami”. Mengambil sekecil-kecilnya peran yang bisa dilakukan untuk sebuah pengabdian yang tulus. Semoga Tuhan senantiasa melimpahkan rahmatNya dalam segala urusan kalian. Dan semoga semboyan Gama Cendana untuk megharumkan nama NTT bak Cendana yang mengahrumkan NTT dan Indonesia di kanca Internasional dapat tercapai. Perlahan tumbuh, mengakar kuat dan menjulang tinggi. Mileneial Cinta Budaya untuk Kejayaan Bhinke Tunggal Ika (Tema Culfest UGM 2019).
Sekian dulu yes curhatannya, sampai ketemu lagi dikesempatan yang lain.


the attachments to this post:


IMG-20190504-WA0039


IMG-20190504-WA0018


IMG-20190504-WA0034


IMG-20190430-WA0000


IMG-20190501-WA0021


No Comments so far.

Leave a Reply