Archive for September, 2021

Review Jurnal “Recent nationwide climate change impact assessments of natural hazards in Japan and East Asia”

Jumat, September 10th, 2021

Disclaimer, ulasan jurnal ini akan coba dijadikan sebagai referensi untuk memberikan saran terhadap model mitigasi bencana di Indonesia

               Siklon Tropis (sumber : BMKG)

Perubahan iklim akibat pemanasan global diperkirakan akan berdampak besar pada fenomena seperti siklon tropis (TC), tingginya curah hujan, banjir bandang dan badai musiman. Banyak bencana alam di Asia Timur didorong oleh fenomenan angin topan dan bahaya terkaitnya skala lokal. Dengan demikian, sangat penting untuk mensimulasikan aktivitas TC (dan fenomena lainnya) secara numerik pada skala lokal untuk menilai dengan tepat dampak perubahan iklim terhadap bahaya bencana alam di wilayah tersebut. Selain itu, memproyeksikan perubahan masa depan dari banyaknya kejadian TC dan/atau potensi dampak ekonominya dapat menjadi tantangan karena tingkat kejadiannya yang rendah satu area tertentu. Dengan pandangan ini, program penelitian kolaboratif ini dibentuk di Jepang untuk memproyeksikan perubahan jangka panjang terhadap ancama bencana alam di Jepang dan Asia Timur berdasarkan eksperimen numerik skala lokal dan ansambel besar. Makalah ini mengulas penilaian dampak perubahan iklim baru-baru ini (ditulis dalam bahasa Inggris dan Jepang) dan merangkum proyeksi perubahan curah hujan di masa depan, banjir bandang, dan bahaya bencana di pesisir, serta dampak ekonomi akibat terjadinya bencana tersebut.

sumber gambar : tempo.co

Latar belakang penelitian didasarkan pada pandangan bahwa perubahan iklim akibat pemanasan global diperkirakan akan berdampak besar pada fenomena seperti Siklon Tropis (TC), Monsun, Hujan dan Badai Musiman. Contohnya, menurut Intergovernmental Panel on Climate Change  (IPCC)  rata-rata tingkat TC global  dan intensitas curah hujan diproyeksikan meningkat pada akhir abad ke-21 dengan tingkat kepercayaan sedang (SROCC; IPCC, 2019). Selain itu, menurut Working Group II (WGII) of the Fifth Assessment Report (IPCC-AR5) dari laporan penilaian kelima (IPCC-AR5) menyimpulkan bahwa perubahan iklim akan memperburuk kerentanan di skala regional hingga proses fisik yang ekstrem dan implusif terkait bahaya bencana alam (IPCC 2013,2014), seperti hujan lebat (mis.,Fischer & Knutti,2016; Pfahl dkk., 2017 ; Aalbers et al.,2018) banjir bandang (Hirabayashi et al., 2013; Arnell dan Gosling, 2016) dan badai topan di laut (Lowe dan Gregory, 2005; Lin et al., 2012).

Perubahan iklim akibat pemanasan global diperkirakan akan sangat mempengaruhi intensitas badai seperti sinklon tropis dan peristiwa hujan lebat lainnya. Penelitian dilakukan dengan berbagai pemodelan yang umumya menggunakan data iklim selama 100 tahun yang dimulai dari tahun 1910 – 2010. Di seluruh dunia, program nasional (dan internasional) telah dibentuk dan ditugaskan untuk mengoordinasikan dan mengevaluasi perubahan iklim, proyeksi, penilaian dampak, dan strategi adaptasi. Contohnya di Amerika Serikat, Uni Eropa khususnya di Inggris Raya yang telah membentuk berbagai badan khusus untuk membuat riset, memproyeksikan fenomena perubahan iklim serta dampak dan strategi adaptasinya pada kehidupan manusia. Hasil proyeksi tersebut kemudian dijadikan sebagai salah satu landasan pembuatan kebijakan pembangunan khususnya untuk melakukan mitigasi terhadap bahaya banjir, erosi pantai dan ketersediaan sumberdaya air.

Beralih ke Asia-Pasifik, Australia telah menghasilkan laporan nasional pada tahun 2015 berjudul, “Perubahan Iklim di Australia”(CCIA), dipimpin oleh Commonwealth Scientific and Industrial Research Organization (CSIRO) dan Biro Metrologi Australia (BoM) (CSIRO dan Biro Meteorologi, 2015; 2020). Sebagian besar  laporan berfokus pada penilaian dampak dan risiko; secara khusus, ini bertujuan untuk memperkirakan risiko dari variabilitas iklim, terutama yang berasal dari peristiwa ekstrem—seperti dari gelombang panas, embun beku, banjir, angin topan, gelombang badai, tornado, dan hujan es. CCIA telah mengidentifikasi pada skala ruang dan waktu yang relevan untuk penilaian dampak (dari skala musiman hingga per jam) dan karakteristik penting (intensitas, frekuensi dan/atau durasi) dari peristiwa cuaca untuk risiko terkait.

Di Asia, Taiwan telah melakukan proyeksinya sendiri yang dibawai oleh badan yang disebut Climate Change Projection and Information Platform Project  (TCCIP) sejak 2010 (Hsu et al., 2011). Keberadaan TCCIP bertujuan untuk membangun upaya penelitian dan proyeksi perubahan iklim, mengkonsolidasikan informasi, dan menyediakan akses data dan alat untuk users.  Ada tiga tim dalam proyek TCCIP (dari proyeksi ke adaptasi) dan Tim ke-3 berurusan dengan curah hujan musiman dan kekeringan, juga terkait sinklon tropis, banjir sungai, angin topan dan gelombang badai. Contoh program nasional ini menunjukkan bahwa integrasi yang lebih dalam dari proyeksi dan dampak perubahan iklim penilaian telah terjadi selama beberapa dekade terakhir. Secara umum, strategi program-program ini adalah bagaimana mengintegrasikan dari proyeksi global ke penilaian dampak regional menggunakan metode ensemble dan downscaling. Daerah yang berbeda, memiliki iklim yang berbeda (misalnya, kekeringan, kebakaran, banjir, dan risiko angin), geologis (misalnya, kerentanan pesisir dan pedalaman), dan karakteristik sosial (misalnya, pembagian risiko dan preferensi operasional); oleh karena itu, metodologi yang berbeda diperlukan untuk penilaian dampak dan strategi adaptasi.

Berkaitan dengan perbedaan karakteristik wilayah dan potensi terjadinya bencana, saya kira Indonesia perlu mempelajari pemodelan ini untuk segera menyiapkan mitigasi bencana bagi daerahnya masing-masing, mengingat keragaman kondisi fisik dan sosial di Indonesia yang sangat besar, akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk melakukan program mitigasi ini.

To continue……

 

Sumber :

Nobuhito Mori, Tetsuya Takemi, Yasuto Tachikawa, Hirokazu Tatano, Tomoya Shimura, Tomohiro Tanaka, Toshimi Fujimi, Yukari Osakada, Adrean Webb, Eiichi Nakakita. (2021). Recent nationwide climate change impact assessments of natural hazards in Japan and East Asia. Journal Weather and Climate Extremes 32 (2021) 100309

 

PENTINGNYA EDUKASI MENGENAI HAK DAN KEWAJIBAN ANAK & ORANG TUA

Senin, September 6th, 2021

Kunjungan ke Kediaman Bapak Vicky Djalong

Senin, 23 Agustus 2021, Saya dan teman-teman Gama Cendana berkesempatan untuk berkunjung ke kediaman Bapak Vicky Djalong atau lebih umum dikenal dan disapa oleh teman-teman dengan nama Ka Vicky. Beliau adalah salah satu Dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Gadjah Mada. Selain itu, beliau juga merupakan salah satu dosen yang berasal Manggarai, Nusa Tenggara Timur (tentu ini adalah alasan mengapa kami berkunjung ke kediaman beliau). Sekilas itu yang saya ketahui tentang beliau. Selain itu, saya juga pernah mendengar keberadaan akun youtube beliau yang cukup terkenal pada beberapa kalangan. Akun youtube tersebut adalah Indonesia Menggugat. Fyi, dalam tulisan ini saya akan menyebut beliau dengan sapaan “Kak Vicky” tentu beliau tidak akan keberatan karena sapaan itulah yang kami gunakan ketika berdiskusi dan berbagi cerita pada kunjungan di kediaman beliau.

Well….

Singkat cerita, ada banyak hal yang kami bicarakan saat kunjungan malam itu, mulai dari masalah covid_19, entah konspirasi atau perbuatan elit global untuk mengambil keuntungan bagi diri sendiri, tentang negara seputar bansos, juga berbagai kebijakan khususnya terkait kebijakan pembangunan di Labuan Bajo,Nusa Tenggara Timur (NTT) serta dampaknya pada masyarakat sekitar, masalah perkuliahan, mental anak muda khususnya mahasiswa, mental dan kebiasaan orang NTT, hingga pada drama korea dan judgement terhadap laki-laki yang menangis dan berbagai topik menarik lainnya.

Dari berbagai topik yang dibicarakan,ada satu topik yang menurut saya sangat menarik untuk dibahas lebih lanjut yakni topik pembahasan yang berkaitan dengan kebiasaan mendidik anak. Menurut Kak Vicky, kebiasaan kita yang sering mengabaikan didikan anak dalam hal-hal kecil yang berkaitan dengan mental  dapat memberikan dampak yang cukup besar bagi anak-anak di masa depan. Contoh kecilnya,  saat ada tamu orang tua yang datang, anak-anak selalu “diusir” ke belakang dan dilarang bermain atau ikut duduk mengobrol bersama tamu orang tua (contoh diberikan pada diri beliau sendiri yang tetap membiarkan anak-anaknya bermain dan ikut bergabung bersama kami di ruang tamu). Selain karena dianggap sangat menganggu pembicaraan orang tua, anak-anak dianggap tidak “pantas” ikut bergabung dalam pembicaraan orang tua.

Selain itu, anak-anak yang selalu disalahkan saat memberikan pendapat pada orang tua atau menentang pendapat orang tua yang salah. Hal ini kemudian menjadi kebiasaan kecil yang secara tidak langsung dapat memupuk rasa minder dalam diri anak-anak dan dapat terbawa hingga usia dewasa. Dampaknya, saat anak-anak berada dalam kalangan masyarakat umum dan mendapati sesuatu yang salah, anak-anak tidak memiliki keberanian untuk menegur atau menentang kesalahan tersebut.  Atau contoh kecilnya di sekolah atau bahkan di perguruan tinggi, anak-anak seringkali menjadi pemalu, minder dan tidak berani memberikan pendapat atau tampil dengan percaya diri dalam melakukan sesuatu hal karena takut disalahkan. Selain itu, tidak jarang anak-anak juga sangat dibatasi tanpa diberikan alasan mengapa hal ini dan itu tidka boleh dilakukan atau boleh dilakukan. Just, DO and DON’T. Hal ini membuat mereka hanya mengikuti sebuah aturan tanpa tau alasannya bahkan jika aturan tersebut merugikan mereka.

Anak-anak juga tidak diajarkan sedini mungkin untuk memilih hak dan kewajibannya. Anak-anak tidak diajarkan dengan benar untuk mengenal batasan wajar dan tidak wajar dalam belajar dan mengeksplor hal-hal baru.  Contoh kecilnya juga dicanangkan oleh Kimisi Penyiaran Wakanda seperti membuat pembatasan tidak wajar atau bahkan tidak masuk akal pada film anak-anak, atau acara anak-anak seperti spongebob. Dalam serial animasi sp**geb** yang ditayangkan pada media televisi, berbagai bagain karakter film tersebut disensor, seperti celana sp*ngeb**, dada s*ndy, dll yang kemudian justru terlihat aneh dan membuat anak-anak semakin penasaran dan mencari tahu sendiri bagian-bagian tubuh yang disensor dalam serial animasi tersebut. Alhasil, tidak jarang informasi yang mereka temukan sendiri adalah informasi yang salah. Pada saat yang sama, orang tua juga sangat jarang mendampingi anak-anak menonton televisi atau bahkan dalam belajar,  dan kalaupun menemani, orang tua juga jarang memberikan penjelasan terkait berbagai tayangan yang ada atau permasalahan yang ditemui anak-anak dalam belajar. Hal ini kemudian membuat anak-anak semakin penasaran dan mencari tahu sendiri berbagai hal baru tanpa bimbingan orang tua bahkan secara sembunyi-sembunyi yang justru mengarahkan mereka pada potensi misunderstanding atau misinformation.

Berbicara terkait berbagai tayangan televisi yang disensor, tidak jarang orang tua yang juga gagal dalam memberikan edukasi dan pendampingan pada anak-anak terkait kondisi tubuh, bagian-bagian tubuh dan batasan-batasan yang perlu dijaga sebagai privasi. Hal ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan banyaknya kasus pelecehan atau bahkan kekerasan seksual pada anak-anak yang umumnya tidak disadari oleh korban sebagai pelecehan atau kekerasan. Anak-anak khususnya remaja, tidak sadar atau bahkan tidak tahu batasan-batasan yang harus dijaga sebagai privasi bahkan terhadap orang tua, atau orang terdekat sekalipun.

Selain itu, anak-anak bahkan tidak diajarkan bagian hak dan kewajibannya pun juga hak dan kewajiban orang tua. Salah satu dampaknya bisa kita lihat sehari-hari pada mahasiswa yang justru menganggap pendidikannya bukan sebagai hak melainkan hanya sebatas kewajiban. Contohnya, (disclaimer, ini hanya contoh untuk beberapa kasus tertentu yang memang bukan kesalahan siswa/mahasiswa), saat dosen atau guru tidak masuk, siswa/mahasiswa jarang yang “meminta” guru/dosen tersebut untuk mengganti kewajibannya memberikan pelajaran pada hari tersebut. Saat siswa/mahasiswa mendapatkan nilai yang tidak wajar dari guru/dosen, siswa/mahasiswa tidak pernah meminta kepada guru/dosen untuk memberikan solusi yang bijak atas nilai yang tidak memuaskan tersebut. Padahal, dalam beberapa kondisi, bisa jadi perolehan nilai buruk tersebut bukan karena kesalahan siswa/mahasiswa melainkan karena kesalahan guru/dosen yang tidak dapat mengajar dengan baik sehingga siswa/mahasiswa tersebut gagal paham dan memperoleh nilai yang buruk.

Pada saat yang sama, pada dasarnya anak-anak berangkat ke sekolah untuk belajar. Jika anak-anak justru gagal dalam belajar dan tidak dapat memahami pelajaran yang diberikan,maka yang perlu dievaluasi bukan hanya siswa/mahasiswa, tetapi juga pengajar dan bahan ajar yang digunakan. Hal yang jarang dilakukan adalah evaluasi pengajar dari sudut pandang orang yang diajar. Umumnya adalah evaluasi sesama pengajar atau atasan dan bawahan yang belum tentu sesuai dengan sudut pandang orang yang diajar.

Pendapat saya pribadi, saking tidak pahamnya tentang hak dan kewajiban, perolehan pendidikan di Indonesia bahkan perlu ditegaskan dalam aturan pemerintah dengan penekanan “wajib belajar sekian tahun” yang secara tidak langsung membuat anak-anak harus bersekolah. Menurut saya pribadi, belajar atau memperoleh pendidikan/pengetahuan seharusnya  sebuah hak. Setiap anak harus sadar bahwa mereka berhak memperoleh pendidikan yang benar dan berkualitas. Kesadaran ini harus datang dari dalam diri mereka sendiri melalui bantuan edukasi oleh orang tua tentang hak dan kewajiban. Sehingga, dengan demikian, tanpa dipaksa ke sekolah atau tanpa dipaksa belajar sekalipun anak-anak akan sadar tentang pentingnya pendidikan.

Berbicara tentang hak dan kewajiban, kita tentu sering mendengar kalimat “anak adalah investasi hari tua, anak-anak wajib membalas budi pada orang tua, dalam beberapa kasus anak A yang berpangkat sebagai Kakak wajib membiayai adik-adiknya sebagai pengganti orang tua, dll”. Saya adalah salah satu orang yang sangat menentang pendapat-pendapat tersebut dengan alasan, (Disclaimer ini adalah pendapat pribadi dan telah berada diluar konteks diskusi bersama Ka Vicky dan teman-teman di atas pada paragraf sebelumnya)

  1. Seorang anak tidak pernah merengek pada orang tuanya untuk dilahirkan bahkan mereka tidak mendapatkan kesempatan untuk memilih orang tua yang ideal sehingga jika ada orang tua yang sering menyalahkan anaknya karena tidak bisa berbalas budi, atau tidak bisa menjadi sesuai ekspektasi orang tuanya adalah bentuk kegagalan orang tua yang sangat tidak bisa ditoleransi. Karena justru umumnya, orang tua lah yang selalu berharap bahkan berdo’a dan berjuang dengan berbagai “cara” untuk memperoleh keturunan. Lalu dikemudian hari, anak-anak dituntut untuk bekerja, membiayai orang tuanya, mengurus orang tuanya, dll. Tentu ini adalah sebuah perbuatan yang mulia dan tidak salah sama sekali. Namun percayalah wahai para orang tua, jika anda dapat mendidik anak anda dengan baik, tanpa diminta pun anak anda akan membalas budi pada anda. Jika anda telah berusaha mendidiknya dengan baik namun dia tidak dapat memenuhi ekspektasi anda, jangan membandingkannya dengan anak-anak orang lain yang lebih baik dari anak anda. Karena jika bisa memilih, anak-anak ini juga pasti memilih orang tua yang lebih baik dari anda sebagaimana keinginan mereka. Anda tentu tidak ingin merasakan pahitnya dibandingkan dengan orang tua yang lain yang lebih “baik” dari andan.
  2. Berharap bahwa anak adalah investasi masa depan untuk mengurus anda adalah sebuah persepsi yang bias. Bahkan jika demikian sekalipun, anda tentu tau prinsip-prinsip investasi. Bahkan jika anda menanam sebuah pohon dengan harapan akan memperoleh hasil panen yang sangat memuaskan, anda memerlukan perlakuan ekstra pada tanaman tersebut, seperti memberikan pupuk yang terbaik, merawatnya dengan perlakuan terbaik, menjaganya dari berbagai gangguan hama atau ancaman bahaya lingkungan lainnya. Itu adalah sebuah pohon. Apalagi untuk seorang anak yang anda harapkan akan menjadi investasi anda dihari tua. Ini adalah persepsi yang perlu ditelaah dengan sangat hati-hati. Bahkan dalam beberapa kasus, banyak orang tua sering menyalahkan anak-anak atas masalah yang dihadapi orang tua. Khususnya dengan kalimat “lihatlah karena kebutuhan mu ayah/ibu bahkan tidak dapat membeli pakaian yang bagus, makan yang cukup, istirahat yang cukup, dll maka kamu sebagai anak harus bersyukur dan membalas budi…..sakjskljlkaljldhhgskajlkassal….lalallalalalalanya………Menurut saya pernyataan itu adalah pernyataan yang sangat kejam dan tidak bertanggungjawab bahkan sangat menunjukan kegagalan orang tua. Toh yang mau punya anak juga orang tua. Mengapa anda justru menyalahkan anak-anak atas hak yang seharusnya mereka peroleh. Jika menurut anda mereka menuntut berlebihan maka anda perlu mengoreksi pribadi anda sebagai orang tua yang mungkin telah memberikan didikan yang salah terkait hak dan kewajiban, terkait keinginan dan kebutuhan, terkait kemandirian dan ketergantungan.
  1. Maka untuk seorang anak yang anda harapkan akan merawat anda dimasa depan, perlu anda persiapkan dengan baik. Memberikan pendidikan dan pengasuhan yang terbaik entah bagaimanapun kondisi anak anda.
  2. Sebelum memiliki anak, pastikan bahwa anda dapat memenuhi kebutuhan anak anda baik itu kebutuhan materi maupun non materi. Jika anda tidak dapat memenuhi semuanya, jangan berharap dan berekspektasi bahwa anak anda akan menjadi seperti presiden negara A,B,C,D,R,F…………………. dan seterusnya. Akan menjadi anak manis, lucu, pintar, dan lalalallaanya seperti anak si Z, si X, dan lalallalanya.
  3. Bahkan jika anda sadar belum mempersiapkan kebutuhan anak anda setidaknya untuk menjamin bahwa dia akan tetap hidup dengan baik bahkan jika anda tidak hadir bersamanya (anda tidak pernah tau kapan ajal akan menjemput) maka tunda keinginan untuk memiliki anak. Ada sekian juta anak yang menderita karena orang tua yang sangat tidak bertanggungjawab terhadap anaknya. Bahkan jika itu diluar kendali anda sendiri seperti kematian.
  4. Sebelum memiliki anak kedua, ketiga dan empat, lima, sepuluh, seratus, …. Diskusikan lah dengan anak pertama atau setidaknya yang akan menjadi kakak untuk si anak yang akan lahir kemudian. Percayalah bahwa tuntutan dan tanggungjawab menjadi Kakak adalah sebuah hal yang sangat berat khususnya setelah orang tua meninggal atau jika orang tua meninggal dimasa anak-anak belum memasuki usia dewasa dan dapat bekerja secara mandiri.
  5. Orang tua yang memiliki banyak anak dan tidak mempersiapkan berbagai kebutuhan anaknya (khususnya kebutuhan pokok seperti tempat tinggal yang layak, makanan yang cukup, pakaian yang baik dan pendidikan yang berkualitas) minimal sebelum mereka memasuki usia 18 tahun dan tiba-tiba meninggal adalah orang tua yang kurang bertanggungjawab. Mindset bahwa setiap anak memiliki rejekinya masing-masing telah salah dipersepsikan. Karena terlepas dari setiap manusia memiliki rejekinya masing-masing, rejeki tersebut tetap harus dicari dengan peluh keringat bahkan berdarah-darah. Sehingga jika anda tiba-tiba meninggal dan meninggalkan anak-anak anda yang masih berusia < 17 tahun dan harus bekerja keras sendiri untuk menghidupi dirinya adalah sebuah bentuk kegagalan atau bentuk nyata tanggungjawab yang tidak dipenuhi dengan baik.

Sebagai penutup, saya ingin menyampaikan kepada pembaca bahwa tentu pendapat saya khususnya pada 7 poin terakhir mengenai orang tua tidak bermaksud menyalahkan orang tua hebat diluar sana, melainkan pesan kepada anak-anak muda khususnya saya sendiri sehingga tidak melakukan kesalahan yang sama dimasa depan. Karena kesalahan orang tua seperti yang saya jabarkan diatas semata-mata adalah kekurangan dan tanggungjawab kita semua untuk mengedukasi diri kita sendiri juga orang-orang terdekat kita mengenai hak, kewajiban dan tanggungjawab setiap individu yang berniat memiliki anak. Kesalahan karena tidak tahu masih dapat dimaafkan, namun kesalahan karena melakukan kesalahan yang sama berulang kali (enggan belajar dari pengalaman orang lain di depan mata), kesalahan karena tidak ingin mencari tahu, kesalahan karena sengaja berbuat salah atau membuat percobaan terhadap dirinya sendiri dan berdampak pada orang lain dalam hal ini pada anak-anak adalah sebuah perbuatan menyimpang yang tidak dapat ditoleransi khususnya untuk saya pribadi. Sekian

Note : Tulisan ini tidak diizinkan untuk disebarluaskan kemanapun tanpa izin penulis. Thanks ^_^