Strategi Adaptasi Lingkungan Sebagai Pemimpin Baru
Jabatan sebagai pemimpin merupakan salah satu posisi yang cukup sulit untuk diraih oleh seseorang. Posisi pemimpin tidak serta merta datang menghampiri seseorang yang belum siap menerimanya, seperti sebuah kata bijak pada umumnya bahwa amanah tidak akan pernah “salah” memilih pundak. Artinya, orang-orang yang telah terpilih menjadi seorang pemimpin adalah orang-orang pilihan yang tentunya memiliki kualifikasi khusus atau dapat diakatakan bahwa ia memiliki suatu kelebihan yang tidak dimliki oleh orang lain pada umumnya. Mereka adalah orang-orang terbaik yang telah dianggap mampu oleh orang yang memilihnya sebagai seorang pemimpin. Terlepas dari itu tentunya kita tak akan lupa dengan kata bijak lainnya bahwa semua orang dapat menjadi pemimpin, namun tak semua orang memiliki jiwa kepemimpinan. Dalam hal ini, pemimpin yang dimaksud dapat ditemui pada berbagai posisi baik pemimpin bagi dirinya sendiri, pemimpin dalam keluarga, pemimpin dalam sebuah komunitas, pemimpin perusahaan atau pemimpin organisasi-organisasi dalam kehidupan sehari-hari. Maka, dalam artikel ini penulis akan mencoba menguraikan beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk beradaptasi dalam dunia organisasi sebagaimana beberapa pengalaman yang pernah dialami oleh penulis sebagai seorang pemimpin dalam beberapa jabatan, di beberapa organisasi dengan kultur yang berbeda khususnya organisasi dalam lingkungan Kampus.
Sebelum memasuki pembahasan mengenai startegi beradaptasi, saya akan mencoba memberikan sedikit pengantar dari pengalaman saya terkait kultur mahasiswa di kampus tempat saya belajar, serta kultur yang dibangun dalam organisasinya sendiri. Secara umum, mahasiswa di kampus ini (salah satu kampus terbaik di Indonesia) dalam beberapa kasus tertentu dianggap sangat rendah hati. Hal ini disebabkan karena sesungguhnya mereka adalah orang-orang cerdas yang dianggap mampu mengemban sebuah amanah. Namun pada umumnya orang-orang cerdas tersebut enggan untuk mengajukan diri sebagai seorang pemimpin. Belum sampai pada seorang pemimpin, bahkan untuk sekedar menjawab pertanyaan dosen dalam sebuah ruang kuliahpun mereka enggan untuk melakukannya. Mereka akan berbicara ketika ditunjuk secara lansung oleh dosen untuk memberikan opininya. Bukan tak tahu jawabannya, namun mereka memilih diam dan kemudian menjawab jika ditunjuk dengan asumsi lebih baik diam daripada dianggap sok pintar, atau sok tau, atau sok yang lainnya. Hal ini juga kemudian menjalar pada budaya dalam organisasi kampus (tentu ada sisi negatif dan postifnya).
Secara umum, para anggota dalam sebuah organisasi di kampus ini sering enggan mengajukan diri untuk menjadi seorang pemimpin. Banyak pula dari mereka yang apabila ditunjuk atau diajukan dengan sistem lobby tetap menolak untuk menjadi seorang pemimpin. Berbagai alasan seperti akademik, orang tua, pekerjaan atau kesibukan lainnya sering kali menjadi alasan bagi mahasiswa pada umumnya untuk terjun sebagai seorang pemimpin dalam dunia organisasi. Hal ini kemudian berdampak pada terpilihnya orang-orang “biasa” menjadi seorang pemimpin. Fenomena ini kemudian mengakibatkan adanya masalah krisis kepemimpinan dalam organisasi-organisasi kampus. Terpilihnya orang-orang biasa tersebut kemudian memilki masalah tersendiri bagi diri mereka. Secara langsung mereka memilih untuk berkorban lebih banyak lagi, namun disisi lain banyak kekurangan yang perlu mereka penuhi. Banyak dari mereka belum memiliki bekal yang cukup untuk menjadi seorang pemimpin. Akibatnya sebagai besar waktu yang ia miliki selama menjadi seorang pemimpin rentan dihabiskan untuk beradaptasi dengan lingkungaan tempat ia memimpin. Hasilnya berbagai program kerja yang direncanakan sering tertunda akibat lamanya masa adaptasi. Oleh karena itu maka dirasa perlu oleh penulis memberikan beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh seseorang untuk menjalani masa transisi jabatan dengan singkat dan berkwalitas.
Langkah pertama yang perlu dilakukan oleh seseorang yang memperoleh kesempatan untuk menduduki bangku pemimpin adalah dengan mencari informasi terkait latar belakang organisasi tempat ia akan memimpin. Seperti informasi terkait pemimpin yang lebih tinggi darinya, seperti apa kultur organisasi tersebut, visi misi apa saja yang ingin dibangun oleh organisasi tersebut dan lain sebagainya. Selain informasi umum terkait organisasi tersebut, ia sangat perlu mengetahui jabatan apa yang ia terima, apa saja yang perlu dikerjakan oleh divisinya, apa saja arahan kerjanya (tugas, tanggungjawab, wewenang), siapa saja yang akan ia pimpin, siapa saja yang dapat ia andalkan, atau siapa saja orang penting dalam organisasi tersebut. Hal ini dapat ia ketahui dari hasil wawancaranya dengan pemimpin sebelumnya serta orang yang mengangkatmya sebagai seorang pemimpin yang baru.
Langkah kedua adalah dengan melakukan evaluasi terhadap divisi atau organisasi yang ia pimpin. Apa saja permasalahan yang pernah terjadi, yang sedang terjadi namun belum terselesaikan, serta menganilisis hal-hal yang dapat terjadi kedepannya. Setelah melakukan evaluasi maka ia juga wajib mulai memikirkan solusi untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut. Adapula hal-hal yang perlu dianalisis dapat meliputi kanca internal maupun ekternal, termasuk dengan membuat analisis SWOT dan membuat rencana strategis (Renstra) yang dapat digunakan sebagai panduan dalam bekerja. Berbagai hal ini dapat anda ketahui dengan melibatkan para pemain sebelumnya. Perlu diingat bahwa dalam tahapaan ini sangat penting untuk menurunkan rasa egois, atau keinginan untuk membantah dan menyalahkan hal-hal yang telah terjadi sebelumnya. Anda hanya perlu mendengarkan dengan baik, mencatat, menganalisis dan berusaha untuk tidak melakukan kesalahan yang sama. Hal-hal yang baik perlu diadopsi, dikembangkan dan diterapkan dalam masa kepemimpinan anda.
Langkah ketiga, setelah mengetahui informasi yang berkaitan dengan anggota, staff ahli, atau orang-orang yang memiliki peranan dalam pekerjaan anda, maka segera dekati mereka. Cari tahu dan kenali dengan baik siapa yang akan membantu anda dalam bekerja, kenali kekuatan dan kelemahan mereka, lakukan pendekatan dengan cara yang baik dan pastikan bahwa mereka siap membantu anda dalam menjalankan tugas. Perlu anda ketahui bahwa sehebat apapun anda, jika anda bekerja sebagai pemimpin dalam sekelompok orang maka anda tidak akan dapat melakukan banyak hal apabila anda tidak dapat merangkul atau bekerjasama dengan staff atau orang-orang yang memegang kunci dan posisi srategis pada tempat anda memimpin. Lakukan pendekatan kultural yang baik dapat berupa ajakan untuk makan bersama, bepergian bersama, atau hal-hal lain yang dapat anda lakukan untuk mendekati para calon partner anda.
Langkah keempat yang perlu anda lakukan adalah dengan melakukan wawancara secara detail kepada pemimpin sebelumnya terkait hal-hal internal yang tidak dapat anda ketahui dari informan umum lainnya. Informasi ini dapat berupa masalah keuangan, kebijakan yang tersirat, etos kerja hingga hal-hal sensitif sekalipun seperti masalah pribadi anggota, masalah sentimen, hingga masalah yang mungkin saja berkaitan dengan diri anda sendiri. Hal-hal yang perlu diwaspadai, hal yang perlu diatasi dengan strategi tertentu, sikap atau tidakan dalam kondisi tertentu, persiapan moral dan mental serta lain sebagainya yang dirasa perlu untuk diketahui termasuk sistem pembagian tugas dan posisi atau jarak antara pemimpin dan aggota atau staff. Anda juga perlu mengetahui wahana, media atau kegiatan seperti apa yang dapat anda lakukan untuk menemui para anggota, staff, dan orang-orang penting yang berada disana. Berkaitan dengan informasi para anggota atau staff juga dapat anda peroleh dari catatan personalia atau bagian organisasi yang mengurusi data dan informasi seluruh anggota tersebut. Anda dapat menghubungi bagian pengembangan sumberdaya manusia, kaderisasi, atau dalam beberapa organisasi tertentu disebut dengan Human Resorce Development (HRD). Selain berkaitan dengan anggota atau partner keja, anda juga perlu mengetahui siapa saja yang harus anda patuhi, apa saja aturan yang harus anda terapkan sebagai seorang pemimpin,
Langkah kelima, anda perlu mengetahui standarisasi yang diterapkan dalam organisasi tersebut baik input, proses maupun output. Anda perlu mengetahui sejauh mana organisasi tempat anda bekerja telah menetapkan standar dalam berbagai produk yang dikeluarkan dan sejauh mana organisasi ini melangkah membangun relasinya. Selain standarisasi anda perlu mengetahui dokumen-dokumen penting yang perlu anda baca dan dijadikan sebagai referensi. Dokumen ini dapat berupa dokumen arahan kerja, dokumen laporan pertanggungjawaban, dokumen tata gerak dan tatabarisan, ADART, dan lain sebagainya. Dalam berbagai dokumen tersebut anda perlu mengetahui adakah hal-hal yang bersifat rahasia dan hanya perlu diketahui oleh orang-orang tertentu ? masalah yang bersifat rahasia dapat berasal dari diri anggota, organisasi maupun dari diri pemimpinnya sendiri yang saling berkaitan satu sama lain. Belajarlah sebanyak mungkin dari berbagai dokumen, hasil wawancara, maupun sumber-sumber lain yang dapat meningkatkan wawasan anda sebagai seorang pemimpin yang baru.
Langkah keenam dari strategi beradaptasi sebagai pemimpin yang baru adalah dengan mempelajari sitem komunikasi dengan anggota. Setiap orang biasanya memiliki karakter yang berbeda-beda sehingga anda perlu mengetahui bagaimana caranya berkomunikasi dengan orang-orang yang akan bekerja dengan anda dalam masa kepemimpinan ini. Pendekatan dan pola komunikasi ini akan berkaitan dengan dampak pengambilan kebijakan yang anda lakukan. Bagaimana caranya agar anda dapat membangun prinsip dan pola pikir sejalan dengan visi anda, hal ini tentunya dipengaruhi oleh pola komunikasi dan pola interaksi dalam organisasi atau divisi tersebut. Terlepas dari itu anda juga memiliki beban tersendiri untuk meningkatkan kinerja divisi atau tempat anda memimpin dengan tanpa menjatuhkan pemimpin sebelumnya atau secara langsung menunjukan kegagalannya ataupun juga dengan memperbaiki kinerja para anggota tanpa secara langsung menunjukan kekurangan mereka. Pastikan ada komunikasi dan keterbukaan yang cukup antara anda dan anggota atau staff, anda dengan pemimpin sebelumnya dan keterbukaan dengan atasan anda.
Langkah terakhir yang perlu anda lakukan adalah memastikan bahwa setiap elemen yang akan berhubungan dengan anda baik staff, partner atau pihak lain telah mengetahui bahwa anda adalah pemimpinnya. Hal ini dapat anda pastikan dengan membuat suatu acara kultural untuk bertemu dengan seluruh staff, atau dapat pula dengan mengirimkan surat atau pesan kepada semua orang yang berisikan visi misi, tujuan prinsip atau mimpi dan semangat yang ingin anda bangun bersama mereka. Pastikan bahwa pesan yang tersampaikan juga mengandung rasa hormat kepada semua orang dan ajakan untuk bekerjasama, bekerja dengan prinsip dan semangat yang sama.
Akhirnya pastikan semua informasi yang telah anda peroleh dapat anda kelola dan dimanfaatkan dengan baik untuk mendukung kinerja anda. Gunakan semua evaluasi untuk menjadi bahan referensi dan pastikan anda tidak melakukan kesalahan yang sama. Jangan lupa untuk senatiasa mencari informasi yang berkaitan dengan hal-hal kultural. Informasi yang bersifat struktural dapat anda peroleh dengan membaca berbagai dokumen dan referensi lainnya. Masalah yang berkaitan dengan internal atau sifat dan karakter staff hanya dapat anda ketahui melalui wawancara secara lansung pada pemimpin sebelumnya. Anda harus menghilangkan berbagai sifat egois dan angkuh yang membuat anda enggan untuk mencari informasi dari pemimpin sebelumnya.
Pastikan bahwa kemajuan dari kinerja kepemimpinan anda bukan melalui pemanfaatan kesalahan pemimpin sebelumnya. Ingatlah bahwa anda tak dapat menjadi pemimpin pada posisi anda sekarang tanpa adanya pemimpin sebelumnya. Dan lagi anda harus siap menerima karakter atau staff yang memilki kemampuan lebih dari anda. Lihatlah hal itu sebagai potensi untuk saling melengkapi. Anda telah tiba pada zaman dimana anda tak dapat bekerja dengan kemampuan anda sendiri melainkan dengan berkolaborasi. Manfaatkan berbagai potensi dan kemampuan yang ada untuk bangkit dan maju bersama. Anda juga perlu yakin dan percaya bahwa anda adalah pemimpinnya. Anda yang telah terpilih. Maka anda adalah orang terbaik yang pernah ada dan pastikan bahwa anda tidak akan mengecewakan orang-orang yang telah memberikan kepercayaannya kepada anda. Percaya diri, dan cobalah untuk menghormati diri anda sendiri sebelum meminta orang lain melakukannya dan jangan lupa untuk memastikan bahwa anda patut dihormati. Sekian
the attachments to this post:
ilustrasi-pemimpin-dan-dipimpin