AKU DAN SAJADHA (Safari Jama’ah Shalahuddin Dalam Idul Adha)

Ini namanya Pak Matsani, salah satu petani cabai di Dusun Bojong, Desa Argomulyo, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang,Jawa Tengah.  Banyak pelajaran berharga yang ku dapat dari keluarga kecilnya Bapak Matsani, pelajaran berharga mengenai makna kehidupan yang sesungguhnya. Terlalu banyak pelajaran yang bahkan tidak dapat kuuraikan satu persatu, namun hari ini ada 1 hal yang ingin ku bagikan kepada dunia “ jangan bersyukur ketika engkau bahagia karena jika demikian maka engkau tak akan pernah merasakan makna kebahagiaan yang sesungguhnya, namun bersyukurlah agar engkau senantiasa berbahagia”. Hanya 2 hari aku berada disana,mengikuti sebuah program live in yang diadakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Jama’ah Shalahuddin UGM dalam rangkaian acara semarak Idul Adha 1438 H. Meskipun begitu singkat, namun tak bisa kupungkiri bahwa kehangatan keluarga kecil itu begitu memikat hati membuat ku rindu hingga rasanya aku ingin tinggal lebih lama disana. Didalam gubuk kecil nan sederhana itu, terdapat 8 orang anggota keluarga yakni Pak Matsani, Istrinya dan 3 orang anaknya yang lucu dan sangat menginspirasi beserta Mertuanya yang sangat sopan dan ramah.  Mereka hidup serba kekurangan hingga membuat ku berkesimpulan bahwa mereka adalah orang-orang hebat yang sesungguhnya tersembunyi dibalik gubuk kecil nan sederhana.
Hidup sebagai seorang petani  dengan lahan berkuran ± 20 meter  ternyata tidak cukup mudah. Lahan kecil tersebut menjadi modal utama untuk membiayai hidup keluarga kecilnya. Lahan seluas 20 meter persegi ini ditanami dengan aneka tanaman pertanian seperti sayuran, kacang-kacangan, dan cabai sebagai tanaman utamanya. Tanaman cabai adalah tanaman yang memiliki usia paling panjang dari semua jenis tanaman yang  ditanam oleh Pak Matsani begitupula degan sumber penghasilan utama keluarga ini. Cabai yang ditanam merupakan cabai bangkok (kata Pak Matsani) dengan ciri khas buah yang cukup menggoda bagi para pencita cabai. Tanaman ini akan berbuah setelah masa perawatan selama 4 bulan yang tentunya dengan perawatan yang terbaik seperti pemberian pupuk, air, pemeliharaan dari hama dan tanaman penganggu lainnya. Well aku pikir ini bukan sebuah pekerjaan yang mudah untuk dilakukan, cukup menguras tenaga dan menantang kesabaran. Setelah berbuah cabai ini akan dijual ke tengkulak atau pemborong dengan harga yang tidak stabil. Harga cabai ini kemudian menjadi salah satu permasalahan yang saya pikir cukup miris, terhitung tanggal 1 sepetember  2017 kemarin harga cabai di dusun Bojong yang dijual ke pemborong adalah Rp. 5000/Kg. Dalam 1 kali panen Pak Matsani hanya bisa menimbang 3 – 4 Kg Cabai yang artinya hanya menghasilkan uang sebanyak Rp. 15.000 – Rp. 20.000.
 Tanaman Cabai dewasa, jika beruntung bisa dipanen hingga 10 kali dengan selang waktu 2 kali seminggu. Artinya cabai yang dirawat selama 4 bulan, hanya bisa menhasilkan uang ± 200.000 dengan taksiran jumlah cabai per 1 kali panen adalah 4 Kg dengan harga Rp. 5000/Kg. Lalu ingatkah anda dengan fenomena naiknya harga cabai beberapa bulan kemarin hingga mencapai Rp.100.000/Kg ? Ketika itu aku adalah salah satu dari jutaan masayarakat Indonesia yang kaya raya dan seenaknya menuntut kenaikan harga cabai. Betapa malu dan hancurnya aku ketika tau apa yang terjadi pada keluarga Pak Matsani ketika terjadi kenaikan harga cabai. Mereka tengah mengalami kesulitan yang mungkin tak dapat saya curahkan dalam tulisan ini. Betapa bersyukurnya mereka ketika harga cabai menjulang tinggi yang kita ketahui fenomena ini jarang terjadi, dan artinya secara singkat keluarga Pak Matsani hanya mampu membeli barang-barang kecil ketika terjadi kenaikan harga cabai. Oh My Allah, betapa berdosanya diri ini, ketika terjadi kenaikan harga cabai kami yang bergelimang harta ini hanya perlu mengeluarkan sedikit tambahan uang untuk membeli cabai dengan berbagai cacian yang terlebih dulu dilontarkan kepada para petani. Sedangkan pada saat yang bersamaan ada sekian banyak petani seperti Pak Matsani ini yang sejud syukur atas sedikit tambahan rezeki yang saya pikir tidak seberapa dan bahkan hanya terjadi dalam beberapa hari. Setelah sekian banyak istri para pejabat yang menuntut kenaikan harga cabai, beberapa saat kemudiapun keluarga Pak Matsani harus kembali bersabar untuk menikmati segelas susu dan sepotong roti.  Lalu ketika harga cabai turun hingga 3000/Kg adakah tuntutan mereka yang pernah diangkat oleh media dan tersampaikan kepada pemerintah dan khalayak umum ? Tidak. Sekali lagi tidak.
 Mereka hanya pasrah dan berkata “ya sudahlah paling tidak masih ada yang beli” Oh Allah, saya bahkan tak bisa berkata-kata lagi. Saya tak cukup paham dengan masalah ekonomi dan politik pasar, tapi saya berharap semoga suatu saat harga-harga hasil pertanian ini bisa mendapatkan standar harga yang layak dan stabil. Entah apa yang akan terjadi lagi jika terjadi kegagalan panen ataupun permasalahan lain yang menimpa petani. Petani cabai hanya 1 dari jutaan petani yang mungkin punya masalah yang berbeda-beda seperti  sayuran, buah-buahan, dan lain sebagainya atau seperti petani garam yang belum lama ini menjadi pembicaraan hangat dikalangan para petani. Well, semoga Allah senantiasa melimpahkan Rahmat dan Kasih Sayangnya kepada keluarga Pak Matsani agar tetap sehat dan dimudahkan dalam segala urusannya. Anak beliau yang sebentar lagi akan pergi bekerja di pabrik otomotif semoga bisa membantu ekonomi keluarga ini menjadi lebih baik. Anak keduanya semoga diberikan semangat agar sekolah dan ibadah yang rajin hingga bisa menjadi dokter sesuai cita-citanya. Anaknya yang terakhirnya dan istri beliau semoga senantiasa dikuatkan dan diberi kesabaran begitupula denga mertuanya yang senantiasa hadir dan selalu memberikan semangat kepada kelurga kecil ini. Terima kasih Bapak Matsani sekelarga atas segala pelajarn berharga yang telah diberikan. InsyaAllah hingga kapanpun, kebaikan keluarga kalian akan selalu ku kenang, semoga diberikan kesempatan untuk bertemu lagi ^_^. CdT
Note:
Sumber foto dokumentasi pribadi
Publikasi nama dan foto telah mendapatkan izin dari yang bersangkutan
#SAJADHA1438H
#Jama’ah_Shalahuddin
#UGMMengabdi

(Gambar 1. Dokumentasi Rumah)

(Gambar 2. Salah satu dokumentasi kondisi rumah)

(Gambar 3. Panen Cabai di kebun Pak Matsani)

 

(Gambar 4. Jenis Tanaman Cabai Milik Pak Matsani)


the attachments to this post:


IMG20170902075337


IMG20170902082105


IMG-20170904-WA0007


IMG-20170904-WA0016


IMG20170902082428


No Comments so far.

Leave a Reply