Posts Tagged ‘#ernesthemingway’

Review Novel_THE OLD MAN AND THE SEA_Ernest Hemingway

Selasa, Agustus 24th, 2021

THE OLD MAN AND THE SEA

Ini adalah sebuah novel fiksi karya Ernest Hemingway berjudul The Old Man and The Sea yang pertama kali dipublikasikan pada tahun 1952. Buku yang saya baca adalah versi soft file yang dipublikasikan oleh www.asiaing.com dengan jumlah halaman sebanyak 52. Cetakan sesungguhnya adalah pada tahun 1952, namun novel pendek ini juga dicetak di Indonesia pada tahun 1973.

Novel ini menurut saya adalah sebuah karya sastra yang sangat luar biasa. Pada dasarnya novel ini hanya menceritakan sebuah cerita singkat tentang seorang Nelayan tua yang pergi memancing di lautan lepas dan berharap memperoleh hasil yang menakjubkan. Andai saja buku ini tidak ditulis dan dikembangkan oleh seorang penulis hebat seperti Ernest Hemingway, saya berani bertaruh bahwa kisah menakjubkan ini akan menjadi cerita klasik biasa yang dilupakan oleh dunia. Novel ini mengandung banyak pelajaran berharga yang digambarkan secara tersirat dan akan dijelaskan lebih detail dalam review ini.

Secara umum, novel ini membahas perjalanan seorang laki-laki tua  bernama Santiago, yang berprofesi sebagai nelayan. Suatu hari, Santiago pergi memancing selama 84 hari bersama seorang anak laki-laki dan kemudian mereka tidak mendapatkan ikan sama sekali. Kondisi ini kemudian membangkitkan amarah dari orang tua si anak laki-laki. Hal ini kemudian membuat anak laki-laki itu diperintah oleh orang tuanya untuk tidak pergi bekerja bersama Santiago melainkan pergi mencari ikan dengan kapal orang tuanya yang dinilai memiliki keberuntungan. Meskipun demikian, sesungguhnya anak laki-laki itu sangat menyayangi Santiago. Santaiago telah mengajari anak laki-laki itu termasuk berbagai skill hebat dalam memancing.

Menurut pendapat saya, kepergian anak lelaki itu membuat Santiago merasa sangat kecewa dan kesepian. Sebagai informasi tambahan bahwa Santiago adalah seorang lelaki tua yang kesepian. Dia sangat mencintai istrinya, namun istrinya telah meinggalkannya lebih dulu untuk selama-lamanya. Karakter Santiago yang kesepian mulai terlihat di awal cerita ketika anak laki-laki itu mengunjungi rumah Santiago dan mendapati Santiago tengah berbohong terkait persediaan makanan yang ia miliki. Anak laki-laki itu benar-benar tahu kondisi Santiago yang kesepian, sehingga ia membawakan selimut dan makanan untuk Santiago. Menurut interpretasi penulis, anak laki-laki itu merasa simpati pada Santiago, seorang laki-laki tua yang hidup sendiri, kesepian dan tidak terurus. Seperti yang tercantum pada halaman hal. 4,

            “What do you have to eat?” the boy asked.

“A pot of yellow rice with fish. Do you want some?”

“No. I will eat at home. Do you want me to make the fire?”

“No. I will make it later on. Or I may eat the rice cold.”

“May I take the cast net?”

“Of course.”

There was no cast net and the boy remembered when they had sold it. But they went through this fiction every day. There was no pot of yellow rice and fish and the boy knew this too”. Halaman 4.

 

Kehadiran anak laki-laki itu sekilas membuat Santiago merasa lebih damai. Hal ini kemudian membuat dia geram ketika satu-satunya orang yang peduli padanya kemudian pergi dan meninggalkannya lagi dalam kesendirian. Kondisi ini membuatnya nekat pergi ke lauutan lepas yang jarang dijangkau oleh nelayan lain dan berharap akan memperoleh hasil tangkap yang luar biasa untuk membuktikan pada dunia bahwa dia adalah seorang nelayan hebat yang tidak tertarik pada hasil yang kecil. Dia pergi untuk memperoleh hasil yang besar sebagaimana 84 hari yang telah ia lalui sebelumnya tanpa ikan, dan kemudian memperoleh hasil yang luar biasa setelah hari ke-85.

Kepergian Santiago seorang diri ke lautan lepas secara tersirat digambarkan penuh emosi, karena dia pergi sebelum matahari terbit, pergi melintasi lautan lepas dan bahkan melewati batas yang seharusnya ia capai. Hari itu, cuaca cukup bagus untuk mendukung perjalanan panjang Santiago yang sepanjang jalan sesekali mulai merasa kesepian dan berbicara dengan dirinya sendiri. Meskipun demikian,perjalannya menuju lautan lepas berjalan dengan lancar hingga pada titik dimana ia mulai melepaskan umpannya ke dalam lautan yang dingin dan tenang, dan untuk kedua kalinya hari itu, ikan besar menghampiri umpan yang ia letakan di lautan yang tenang.

Kakarter Santiago yang kesepian dan berbagai duka yang ia pendam sendiri benar-benar bermunculan ketika ia memulai peperangannya dengan ikan besar yang terkait pada umpan yang ia lepaskan di laut. Kesepian Santiago mulai terlihat saat dia berharap sedang memancing bersama anak laki-laki itu sehingga dapat membantunya menangkap ikan besar itu dengan mudah. Sebagaimana yang ditercantum pada halaman 24, halaman 31, dan beberapa halam lainnya;

          “If the boy were here he could rub it for me and loosen it down from the forearm, he thought. But it will loosen up”. halaman 24,

“If the boy was here he would wet the coils of line, he thought. Yes. If the boy were here. If the boy were here”. Halaman 31.

Selain itu, kondisi Santiago yang kesepian juga terlihat saat ia berbicara dengan burung kecil yang menghampir perahunya, juga ketika dia berbicara pada tangannya, kakinya, juga berkali-kali kepada dirinya sendiri. Dan pada akhirnya ketika dia Santiago berharap untuk pulang, berharap untuk melihat daratan sembari berharap bahwa seseorang pasti tengah menantinya di daratan untuk pulang setidaknya, anak laki-laki itu seharusnya menantinya untuk pulang. Bahkan saat pertama kali Santiago sadar dari tidurnya yang panjang, dia bertanya pada anak laki-laki itu bahwa apakah ada yang pergi mencarinya. Dia bahkan berkata secara langsung pada anak laki-laki itu bahwa dia merindukannya. Santiago juga tersadar bahwa lebih baik berbicara dengan seseorang daripada berbicara pada dirinya sendiri atau pada lautan. Sebagaimana yang tercantum pada halaman 47,

            “Did they search for me?”

“Of course. With coast guard and with planes.”

“The ocean is very big and a skiff is small and hard to see,” the old man said. He noticed how pleasant it was to have someone to talk to instead of speaking only to himself and to the sea. “I missed you,” he said. “What did you catch?” “One the first day. One the second and two the third.” Halaman 47

 

Sementara itu, secara tidak tersirat novel ini mencoba untuk mengajari pembaca betapa kekecewaan dapat menjadi sebuah motivasi yang besar bagi seseorang untuk mencapai hal-hal besar yang ia impikan dan bahka mungkin tidak dapat ia gapai dengan jalan biasa tanpa kekecewaan. Menurut saya, hal ini sering terjadi pada diri manusia secara umum termasuk saya sendiri. Seringkali ketika saya merasa kecewa dan merasa direndahkan oleh orang lain, saya akan bangkit dengan percaya diri, mengerahkan segala kemampuan yang saya miliki bahkan untuk menunjukan pada dunia bahwa saya dapat menjadi seseorang yang hebat yang tidak akan pernah lagi diremehkan.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari review novel ini adalah bahwa kesepian dan kekecewaan dapat menjadi sebuah energi besar yang membangkitkan keberanian seseorang. Meskipun demikian, keputusan yang diambil saat seseorang berada dalam kondisi yang sangat emosional, dapat membawa berbagai dampak buruk. Seringkali hal ini membawa seseorang melewati garis batas tertentu tanpa mempertimbangkan berbagai resiko yang bisa saja terjadi pada dirinya. Seperti yang dilakukan oleh Santiago, pergi dengan bekal secukupnya hingga membutanya kelaparan dan kekurangan senjata saat berperang melawan banyak hiu. Dan pada saat tertentu, seringkali saat kit tengah sibuk dengan berbagai ambisi, kita justru lupa untuk beristirahat dan menengok kembali ke sekililing untuk menyadari hal-hal yang telah kita miliki. Seperi yang dikatakan oleh Santiago bahwa bulan, matahari, bintang-bintang bahkan lautan juga sesekali perlu beristirahat.

“I’m clear enough in the head, he thought. Too clear. I am as clear as the stars that are my brothers. Still, I must sleep. They sleep and the moon and the sun sleep and even the ocean sleeps sometimes on certain days when there is no current and flat calm.” Halaman 29.

 

Terakhir, saya merekomendasikan buku ini kepada orang-orang yang sedang fokus mengejar impiannya tanpa beristirahat. Bukan. Bukan untuk menyerah, tetapi untuk menyimpan dan memperbaharui energi yang lebih baik agar kita tetap hidup. Juga kepada mereka yang selalu sibuk mengejar impian dan ambisi mereka hingga lupa bahwa ada hal-hal kecil yang terkadang bahkan jauh lebih dari apapun yang kita kejar diluar sana. Bahkan sekedar sebuah ucapan selamat datang saat kita bepergian dan kembali pulang. Novel ini adalah sebuah maha karya yang hebat. Terima kasih yang tak terhingga untuk penulisnya. Saya mencintai karakter anak laki-laki dan juga pak tua.

 

References:

Hemingway, Ernest. 1952. The Old Man and The Sea. www.asiaing.com, diakses

pada 20 Agustus 2021, pukull 21.27 WIB.