Posts Tagged ‘#JosephConrad’

Review Novel “TALES OF HEARSAY”_Joseph Conrad

Selasa, Juli 6th, 2021

TALES OF HEARSAY

TALES OF HEARSAY_Joseph Conrad (Sumber Gambar : Amazon.com)

TALES OF HEARSAY_Joseph Conrad (Sumber Gambar: Amazon.com)

Tales of Hearsay adalah kumpulan cerita tentang kehidupan beberapa manusia yang bisa dikatakan sebagai pejuang kehidupan nyata. Isi buku ini terdiri dari beberapa cerita berbeda yang ditelaah oleh Joseph Conrad. Beberapa cerita dalam buku ini terjadi pada tahun yang berbeda, seperti Jiwa Pejuang (1917); Pangeran Romawi (1911); Kisah (1917); dan The Black Mate (1884) dan beberapa di antaranya pertama kali diterbitkan pada tahun 1925 oleh T. Fisher Unwin, terdiri dari 77 halaman. Cerita dengan jumlah halaman atau cerita terpanjang ditempati oleh The Black Mate.

Secara umum, buku ini menulis ulang beberapa cerita sekaligus yang dirangkum menjadi 1 jurnal. Kisah-kisah yang ditulis ulang Conrad dalam buku ini memiliki cerita yang berbeda, bahkan tahun kejadiannya pun berbeda. Namun, keempat cerita yang dirangkum dalam jurnal ini memiliki karakteristik yang sama. Tema dari cerita-cerita tersebut diambil dari pengalaman beberapa manusia yang secara sepintas bisa dikatakan sebagai pejuang sejati. Pejuang hidup yang hebat dan perkasa. Beberapa tokoh utama yang diceritakan dalam buku ini adalah beberapa manusia yang sebenarnya hanya hidup dalam wujud fisik, namun jiwa mereka seolah telah mati. Dari 4 cerita yang diceritakan dalam buku ini, menurut saya cerita yang paling menarik dan menyayat hati, dan sulit dibayangkan adalah cerita pertama The Warrior’s Soul dan Prince Roman. The Warrior’s Soul, yang menceritakan kehidupan seorang prajurit Rusia bernama Tommasov, yang dalam beberapa kondisi sering dipermalukan karena kehidupan cintanya tidak cukup langkah (gay) tetapi pada akhirnya menunjukkan identitasnya sebagai seorang yang murni, berhati murni dan sangat manusiawi. pejuang. Dia yang di ambang memilih untuk membalas budi kepada teman baik (dulu) dan kemudian secara paksa menjadi musuh di masa depan. Dia adalah De Castel, seorang perwira Prancis, yang pernah menyelamatkan seorang anak kecil bernama Tomasov yang kemudian dipaksa menjadi musuh sekaligus penyelamatnya di akhir hidupnya yang sangat tersiksa. Dikatakan bahwa selama perang antara Rusia dan Prancis, De Catel perwira Prancis ditemukan dikalahkan dan menjadi tawanan perang yang disiksa. Ini secara tidak sengaja ditemukan oleh Tomassov, yang kemudian datang sebagai tentara Rusia yang membebaskan De Castel dari penjara dan ditembak mati sebagai bentuk rasa terima kasih.

 

…………….

“I don’t suppose I had been entertaining those thoughts more than five

minutes when something induced me to look over my shoulder. I can’t think it

was a noise; the snow deadened all the sounds. Something it must have been,

some sort of signal reaching my consciousness. Anyway, I turned my head,

and there was the event approaching me, not that I knew it or had the slightest

premonition. All I saw in the distance were two figures approaching in the

moonlight. One of them was our Tomassov. The dark mass behind him which

moved across my sight were the horses which his orderly was leading away.

Tomassov was a very familiar appearance, in long boots, a tall figure ending in

a pointed hood. But by his side advanced another figure. I mistrusted my eyes

at first. It was amazing! It had a shining crested helmet on its head and was

muffled up in a white cloak. The cloak was not as white as snow. Nothing in

the world is. It was white more like mist, with an aspect that was ghostly and

martial to an extraordinary degree. It was as if Tomassov had got hold of the

God of War himself. I could see at once that he was leading this resplendent

vision by the arm. Then I saw that he was holding it up. While I stared and

stared, they crept on—for indeed they were creeping—and at last, they crept

into the light of our bivouac fire and passed beyond the log I was sitting on.

The blaze played on the helmet. It was extremely battered and the frost-bitten

face, full of sores, under it, was framed in bits of mangy fur. No God of War

this, but a French officer. The great white cuirassier’s cloak was torn, burnt full

of holes. His feet were wrapped up in old sheepskins over remnants of boots.

They looked monstrous and he tottered on them, sustained by Tomassov who

lowered him most carefully onto the log on which I sat.

“My amazement knew no bounds.

“‘You have brought in a prisoner,’ I said to Tomassov as if I could not

believe my eyes.

“You must understand that unless they surrendered in large bodies we made

no prisoners. What would have been the good? Our Cossacks either killed the

stragglers or else let them alone, just as it happened. It came really to the same

thing in the end.

“Tomassov turned to me with a very troubled look. (Chapter The Warrior’s Soul, page 14)

(Note, in that mass, the torture of war was so severe that death was something prisoners of war wanted so badly).

 

Sementara itu, Pangeran Roman menceritakan seorang pangeran muda yang kehilangan istri tercintanya. Kematian istrinya membuat pangeran Romawi begitu sedih sehingga ia menghabiskan hidupnya dalam pengasingan, sesekali bepergian ke hutan untuk berburu dan sampai pada suatu hari ia bertekad untuk pergi ke medan perang, menyamar sebagai anak petani bernama Peter, mencoba untuk memetik. sampai mati di medan perang tetapi kematian tidak pernah berakhir sampai suatu hari penyamarannya terbongkar karena pertemuannya dengan seorang teman dalam tahanan.

 

……….

“‘Listen, Master Francis,’ the Prince said familiarly and without

preliminaries. ‘Listen, old friend. I am going to vanish from here quietly. I go

where something louder than my grief and yet something with a voice very

likes it calls me. I confide in you alone. You will say what’s necessary when the

time comes.’ (Chapter Prince Roman, page 27)

 

Identitasnya sebagai seorang pangeran membuat hukumannya semakin buruk. Ia divonis mati namun maut enggan menjemputnya hingga akhirnya berkat latar belakang keluarga dan koneksinya, ia dibebaskan dan mengabdi pada keluarga kerajaan. Suatu ketika indera pendengarannya terganggu (tuli) dan akhirnya ia diperbolehkan pulang ke kampung halamannya. Di sana, ia hidup sebagai orang biasa, hidup sederhana di sebuah gubuk kecil, berusaha mengabdikan dirinya untuk masyarakat dan membantu setiap tawanan perang yang kembali ke kampung halamannya untuk mencari tempat tinggal dan bekerja. Dia adalah seorang pangeran Romawi yang secara fisik hidup, tetapi jiwanya telah mati terkubur bersama tubuh istrinya di lemari besi kerajaan.

 

References:

Conrad, Joseph. (1925). Tales of Hearsay. T. Fisher Unwin. London